Manusia dan keindahan
Pengertian
keindahan
Kei ndahan berasal dari kata Indah, Keindahan
atau "Beauty" adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang
bila melihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Keindahan diartikan sebagai
keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan juga
dapat memberikan kita rasa keingintahuan tentang hal tersebut semakin terus
bertambah. Contohnya Suara, Warna, dan sebagainya. Semua itu ter masuk indah
yang merupakan ciptaan Tuhan secara langsung.
Tidak demikian halnya dengan keindahan yang
merupakan karya cipta manusia. Keindahan
yang merupakan karya cipta manusia itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Meskipun keindahan karya cipta manusia
itu universal, akibat pemaknaannya akan
ber beda. Per bedaan itu dibatasi oleh r uang dan waktu. Keindahan juga identik
dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenar an adalah keindahan.
Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Sesuatu yang
mengandung kebenaran (bukan tiruan/ Asli) Keindahan juga bersifat Universal,
yang tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan. Kemudian pertanyaannya apakah keindahan itu? Apakah nilaiEsteti k
itu? Yang mendorong manusia menciptakan keindahan.
Menurut sejarahYun ani kuno abad 18, pada saat
itu pengertian keindahan telah di pelajari oleh para Filsuf. MenurutThe Liang
Gie dalam bukunya “ Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan), dalam bahasa
Inggris Keindahan diterjemahkan dengan kata “Beautiful” , bahasa Perancis
“Beau” , Italia dan Spanyol “Bello” , kata-kata itu berasal dari bahasa Latin
“Bellum” , akar katanya adalah “Bonum” yang ber ar ti Kebaikan kemudian
mempunyai bentuk pengecilan menjadi “Bonellum” dan terakhir dipendekkan menjadi
“bellum”. Kemudian menurut luas cakupannya, Keindahan dibedakan menjadi tiga
macam penger tian, yaitu :
a)
Keindahan Dalam Ar ti Luas
Keindahan dalam arti luas, menurutThe Liang
Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari
pemikiran Plato, yang menyangkut adanya watak yang indah dan hukum yang indah:
Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan; Plotinus yang ber bicar a tentang ilmu yang indah dan kebajikan
yang indah atau bisa pula disimak dari apa yang biasa dibicar akan oleh or ang-
or ang Yunani mengenai buah pikir an yang indah dan adat kebiasaan yang indah.
Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik
disebutnya “ Syimmetria” , untuk
keindahan berdasarkan pengelihatan. (misalnya pada seni pahat dan arsitektur)
dan “Har monia” untuk keindahan bedasar
kan pendengar an (musik).
Jadi pengertian yang
seluas-luasnya meliputi :
a)
Keindahan Seni
b)
Keindahan Alam
c)
Keindahan Moral
d)
Keindahan Intelektual
b)
Keindahan Dalam Arti Estetika Murni
Hal ini murni menyangkut pengalaman estetik
seseorangdalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diser apnya.
c)
Keindahan Dalam Ar ti Ter batas
Keindahan dalam arti terbatas mempunyai arti
yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap
dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Filsuf seni merumuskan keindahan sebagai
kesatuan hubungan yang terdapat antara penerapan-penerapan inderawi kita
(Beauty is unity of formal realitions of our sense percepctions).Thomas
Aquinos(1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan
bila mana dilihat (Id qout visum placet).
Kata
estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya perasaan atau sensitivitas,
karena memang pada awalnya pengertian ini berhubungan dengan lidah dan
perasaan. Dalam pengertian teknis, Estetika
adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan
secara umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu
obyek dan obyek itu dapat member ikan r asa senang, puas dan sebagainya yang
sejalur dengan kata tersebut, maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu
mengandung keindahan. Dalam perkembangannya, pengertian ini, kemudian berubah
meluas, tidak lagi berkaitan dengan lidah dan per asaan, tetapi ber hubungan
dengan pikir an, etika dan logika.
TeoriThe Liang Gie menjelaskan bahwa,
pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya
nilai Moral, nilai Ekonomi, nilai Pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang ber
hubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut
Nilai Estetik.
Dibawah ini adalah alasan dan tujuan manusia
menciptakan keindahan :
a)
Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang sudah tidak sesuai dengan
kondisi dan keadaan pada zaman sekarang, sehingga dirasakan sebagai hambatan
yang dapat merugikan nilai- nilai kemanusiaan dan dipandang sebagai hak- hal
dapat mengurangi nilai moral bermasyarakat, sehingga bisa dikatakan tiodak
indah.
b)
Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai
kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat
diketahui dari tingkah laku dan perbuatan bejat terutama dari segi kebutuhan
seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan-
ketentuan agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Yang demikian
itu tidak baik, yang tidak baik iu tidak indah.
c)
Penderitaan Manusia
Penderitaan merupakan hal yang pernah dialami
semua orang, dan hal ini merupakan resiko hidup manusia, yang diberikan oleh
Tuhan agar manusia sadar untuk tidak menjauh dariNya. Walaupun penderitaan adalah
r esiko hidup manusia, tapi hampir semua or ang menyukai adanya penderitaan,
dan menganggap penderitaan merupakan hal yang tidak baik, yang tidak baik iu
tidak indah.
d)
Keagungan Tuhan
Keindahan mer upakan anuger ah yang diber ikan
oleh manusia dan maka dari itu kita sebagai manusia wajib mensyukurinya, dan
sebagian dari kita mengungkapkan rasa syukur tersebut dalam bentuk karya seni,
seperti melukis pemandangan, yang merupakan hasil karya seni yang Agung yang
diciptakanoleh Allah untuk kita sebagai hambanya.
B.
Makna Keindahan
Sebenarnya
yang namanya keindahan itu secar a akademis sudah dikaji manusia sejak
abad ke delapan belas, pada saat para filsuf banyak tertarik untuk
mengembangkan estetika, salah satu cabang dar i filsafat yang tidak lain ber
bicar a soal keindahan.
Beberapa definisi keindahan berdasarkan
pendapat para ahli antara lain :
v
Mortiner Adler mendefinisikan keindahan adalah Sifat dar i suatu benda yang member i kita
kesenangan yang tidak berkepentingan
yang kita bisamemper ol ehnya semata-mata dari memikirkan atau melihat benda
individual itu sebagaimana adanya.
v
Thomas Aquinas mendefinisikan keindahan adalah Sesuatu yang menyenangkan
ketika dilihat.
v
Charles J. Bushell mendefinisikan keindahan adalah Kualitas yang
mendatangkan penghar gaan yang mendalam tentang bebagai nilai atau ideal
yang membangkitkan semangat Kei ndahan adal ah per paduan dar i sesuatu
yang bai k bentuknya dengan yang ber tenaga hidup. Kini studi estetika sebagai
ilmu yang dipelajari bukanlah cara untuk
menikmati keindahan, tetapi usaha untuk
v
David Hume Hamsterhuis mendefinisikan keindahan adalah Yang i ndah adal
ah yang pal i ng banyak mendatangkan r asa senang, dan i tu adal ah yang dalam waktu sesingkat- singkatnya paling
banyak member ikan pengalaman yang
menyenangkan
v
Kahlil Gibran Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi
namun menerima
v
Winchelmann : Keindahan dapat ter lepas sama sekali dar i kebaikan
v
Sulzer : Yang indah hanyalah yang
baik. Jika belum baik ciptaan itu belum
indah. Keindahan har us dapat memupukan
r asa mor al. Jadi ciptaan- ciptaan yang
amor al tidak bisa dikatakan indah, kar ena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral
Dengan melihat demikian beragamnya pengertian
keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian
kecil, boleh jadi akan mengecewakan kita yang memuaskan. Namun demikian, dar i
ber bagai penger tian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam
kelompok-kelompok pengertian tersendiri, paling tidak kita bisa menangkap arah
atau kecenderungan dar i suatu penger tian yang dikemukakan seseor ang sesuai
dengan pengel ompokan seseor ang sesuai dengan pengel ompokan- pengel ompokan
yang ada. Pengelompokan-pengelompokan
yang bisa kita buat adalah sebagai berikut :
1)
Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau
landasannya. Dalam hal ini ada 2 pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada
objek dan subjek. Yang pertama, yaitu yang bertumpu Keindahan Objektif, adalah
keindahan yang memang ada pada objeknya
sementar a kita sebagai pengamat har us mener ima sebagaimana mestinya.
Sedangkan yang kedua, yang disebut Keindahan Subjektif; adalah keindahan yang
biasanya ditinjau dari segi subjek yang melihat dan menghayatinya. Disini
keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang
pada diri si penikmat dan penghayat (Subjek) tanpa dicampuri
keinginan–keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan-kebutuhan pribadi si penghayat.
2)
Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.
Bertitik tolak dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai
kualitas abstr ak dan keindahan sebagai sebuah benda ter tentu yang memang
indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa
inggris yang mengenalnya istilahBeau t y untuk keindahan yang pertama, dan
isitilahThe beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal- hal
ter tentu yang memang indah.
3)
Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya. Dalam
pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam ar ti
luas, dalam ar ti estetik mur ni, dan dal am ar ti yang ter batas. Dar i apa yang dikemukakan di atas, dua hal
bisa kita petik, yaitu : Per tama, keindahan menyangkut persoalan filsafati,
sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah bar ang tentu bisa ber macam-
macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna relatif, yaitu
sangat tergantung kepada subjeknya.
C.
Renungan
Renungan berasal dari kata renung, merenung
artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan
dalam-dalam. Renungan adalah hasil mer enung. Merenung artinya secara diam-diam
memikirkan sesuatu hal kejadian dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan
diri kita sendiri atau pembicar aan dalam hati kita tentang suatu hal. Setiap or ang per nah mer enung. Sudah tentu
kadar r enungannya satu sama lain ber beda, meskipun objek yang dir enungkannya
sama, lebih pula apabila objek r enungannya ber beda. Jadi apa yang dir
enungkannya itu ber gantung kepada objek dan subjek .
Setiap kegiatan untuk merenung atau
mengavaluasi segenap pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat. Jadi
berfilsafat adalah terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita
sendiri mengenai suatu peristiwa.
Contohhasil renungan yang menghasilkan
pengetahuan yaitu Newton dengan gaya gravitasinya. Akan tetapi tidak semua orang mampu berfikir
kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran.
Penalaran adalah proeses berpikir yang logik dan anal itik. Berpikir merupakan
kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola
berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logik ditinjau dari suatu
logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logik akan menjadi
tidak logik bila ditinjau dari sudut logika yang lain.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang
juga menyandarkan diri kepada suatu analisis. Analisis adalah kegiatan berpikir
berdasarkan langkah- langkah tertentu, sehingga pengetahuan yang diperoleh
disebut pengetahuan tidak langsung. Pemikiran ilmiah (keilmuan) dan pemikiran
kefilsafatan mendasarkan diri kepada logika analitik. Hanya saja pemikiran
kefilsafatan mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dengan karakter
keilmuan.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri,
yaitu:
A.
Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut
pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui antara ilmu yang satu
dengan ilmu-ilmu yang lain. Hubungan ilmu dengan mor al seni dan tujuan hidup.
B. M
endasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental
(keluar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpjak bagi segenap bidang
keilmuan.
C.
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dapat diijadikan dasar untuk
pemikiran-pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai
dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
D.
Keserasian
Keserasian ber asal dar i kata serasi; serasi
dari kata dasar Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar . Kata cocok,
sesuai atau kena benar mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran dan
seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang
dipakai cocok. Sebaliknya orang hitam memakai wana hijau, tentu makin hitam.
Warna hijau pantas dipakai oleh orang berkulit kuning. Atau ke pasar
menggunakan pakaian pesta, atau sebaliknya berpesta menggunakan pakaian santai,
dan lain-lain. Hal seperti ini tentu tidak ser asi dan kur ang cocok, kur ang
kena. Dan tentu akan dikatakan oleh setiap or ang “ Sayang” atrau kata-kata
lain yang menunjukkan kekecewaan. Oleh karena yang memandang i tu mer asa
kecewa dengan adanya hal yang kur ang serasi .
Dalam memadu r umah dan halaman, r umah yang
bagus dengan halaman luas dan tersusun rapi dengan bunga-bunga yang indah,
orang akan memuji keserasian itu. Tetapi sebaliknya, rumah yang bagus yang
tidak mempunyai halaman tentu orang akan mengatakan “ Sayang” . Jadi dalam hal
memadu rumah dan halaman itu ada unsur ukuran- ukuran yang seimbang.
Dalam berpakaian sangat diutamakan keserasian
warna dan bentuk serta potongan tubuh. Atau dapat juga kita kagum atas
kecantikan wanita dan kecakapan pria pada waktu duduk. Setiap orang melihat
terheran-heran melihat wajahnya. Hampir semua mata memandang ke arah wanita
atau pria yang dikagumi semua yang hadir itu. Tetapi setelah berdiri, semua
orang mengeluh “Sayang”, karena tinggi orang itu tidak sesuai dengan harapan kita,
ternyata terlalu pendek hal seperti itu juga menyatakan ukuran.
Contohnya Lagu merupakan pertentangan suara
tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut yang terpadu begitu rupa, sehingga
telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati kita merasa puas. Tetapi
apabila terjadi sekonyong- konyong suara yang seharusnya menurut rasa kita
menanjak justru kebalikannya, kita tentu akan kecewa. Dalam hal lagu, irama
yang indah itu merupakan per tentangan yang ser asi.
Karena itu, dalam keindahan itu, sebagian besar
ahli pikir mejelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita/
pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal; Kualita yang paling sering
disebut adalah Kesatuan (Unity), Keselarasan (Har mony), Ketangkupan (Symetry),
Keseimbangan (Balance) dan Pertentangan (Contrast). Selanjutnya dalam hal
keindahan itu dikatakan ter susun dar i ber bagai keselar asan dan per
tentangan dar i gar is, war na, bentuk dan kata-kata. Tetapi ada pula yang
berpendapat bahwaKei n dah an adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam
suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat.
Keserasian identik dengan Keindahan. Keindahan
adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi
penglihatan dan pendengar an6. Sesuatu yang ser asi tentu tampak indah dan yang
tidak ser asi tidak indah. Pendapat lain mengatakan, bahwa pengalaman estetik
sebagai suatu keselar asan dinamik dan per enungan yang menyenangkan. Dalam
keselar asan itu seseor ang memiliki per asaan seimbang dan tenang dan mempunyai
citar asa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat ditengah-tengah
kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memper panjangnya.
Keserasian tidak ada hubungan dengan
kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk dan ukuran.
Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi-rendah,
keras-lembut, dan panjang-pendek. Kadang-kadang kemewahan menunjang keserasian,
tetapi tidak selalu .
E.
Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata Halus artinya
tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan
berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan dan atau keadaban. Halus bagi manusia iu sendiri ialah berupa
sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi or
ang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam r oman muka, lembut dalam
sikap anggota badan lainnya.
Halus itu berarti sikap manusia dalam
pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun masyarakat luas. Sudah tentu
sebagai lawannya ialah sikap kasar atau si kap or ang sedang emosi , ber si kap
sombong, ber si kap kaku si kap or ang yang sedang ber musuhan. Sikap halus atau lembut merupakan gambaran
hati yang tulus serta cinta kasih ter hadap sesama. Sebab itu or ang yang ber
sikap halus atau lembut biasanya suka memper hatikan kepentingan or ang lain,
dan suka menolong or ang lain. Sikap lembut merupakan perwujudan pula dari
sifat-sifat ramah, sopan, sederhana dalam per gaulan. Sikap halus juga dimiliki orang yang bersikap
rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati adalah orang yang halus
tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, tidak membedakan pangkat
dan derajat dalam per gaul an.
Kehalusan atau kelembutan atau sebaliknya
kekerasan itu yang menilai orang lain, orang yang dihadapi atau orang yang
menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai adalah ger ak laku, r oman muka, tutur
bahasa, dan sebagainya. Angota badan
yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah Kaki, Tangan, Kepala, Mulut, Bibir,
Mata, Bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata, penyusunan
kalimat dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya
Bagian Rohaniah yang melahir kan sikap :
Kemauan, Perasaan dan Pikiran atau Karsa, Rasa dan Cipta. Tiga unsur Rohaniah
ini saling berkaitan, saling mempengaruhi dan mewujudkan tingkah laku, tutur
bahasa, perbuatan yang semuanya itu dapat dinilai kehalusan dan kekasar annya.
Cipta, r asa dan kar sa itu membuat or ang ber ger ak, kar ena itu disebut “Tr
i as Dinamika”.
F.
Manusia Dan Keindahan
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak
atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau
keinginan” pada hewan kar ena keduanya timbul dar i sumber yang ber beda
kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan
kehendak dan keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani
dan merohani, maka kehendak dan keinginan manusia itu pun bersifat demiikian.
Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah
pasti yakni, untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan
hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan
hati setiap manusia itu tidak lain adalah sesuatu yang “Baik” , yang “Indah” .
Maka “Keindahan” pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena
dengan keindahan itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan
itu per aasaan “ (ke)- manusia-(annya)” tidak ter ganggu.
Keindahan yang bersifat jasmani yang
dimaksudkan ialah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan“ indera
manusia; baik indera penglihatan maupun indera pendengaran. Keindahan yang
bersifat rohani dimaksudkan keindahan yang dapat “ menyenangkan” atau “
memuaskan“ batin manusia. Tetapi per lu seger a dipahami bahwa walaupun secar a
mater ial keduanya dapat dibedakan, secara Esensial keduanya tidak dapat
dipisahkan; karena pada akhirnya “ Unsurk eman u si aan” itulah yang harus
menjadi penentunya. Sebuah lukisan yang secara lahiriah “menyenangkan” tetapi
jika “batin” manusia menolaknya karen lukisan itu dapat ”mer usak” .
Kemanusiaan manusia, maka lukisan itu tidak berhak disebut indah.
Kodrat manusia selalu mendambakan sesuatu yang
baik, yang dapat menyempurnakan kemanusiaannya. Disadari atau tidak setiap
manusia tidak senang terhadap sesuatu yang jorok, yang tidak baik, dan yang
merendahkan martabatnya. Karena itu “Kei ndahan” bagi manusia sebenarnya bukan
sekedar sesuatu yang menjadi “ harapannya“ melainkan merupakan sesuatu yang“
harus diusahakan adanya”.Salah satu definisi yang paling dikenal adalah hasil
pemikiran penyair romantik Inggris, John Keats. Dibukunya yang ditulis tahun
1817,En dymi on, terapat definisi tentang Keindahan semacam ini : “A thing of
beauty is a joy forever : It’s loveliness increases; it will never pass into
nothingness”. “Sesuatu yang indah adalah
kegembiraan selama-lamanya : Kemolekannya ber tambah, dan takkan per nah menuju
ketiadaan” .
Persepsi manusia terhadap keindahan antara
yang satu dengan yang lain itu tidak sama. Sebab per sepsi manusia ter hadap
keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber kehendak
atau keinginan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul
dari akal dan budi dapatlah disebut keindahan alam ar ti yang sebenar nya;
sedangkan keindahan yang muncul dalam dorongnan nafsu merupakan Keindahan Semu.
Keindahan seperti itu tentu saja tidak akan diterima oleh “Keman u si aan”
manusia, yaitu akal dan budi, karena keindahan seperti itu bukannya untuk
menyempurnakan “Kemanusiaan manusia” , melainkan justru sebaliknya.
Berbicara tentang keindahan tak akan lepas
dari pengertian Objektif maupun Subjektif. Artinya ada Keindahan Objektif dan
Keindahan Subjektif. Secara asasi keindahan Objektif, ada pada sesuatu benda
atau bar ang. Sifatnya abadi dan univer sal, selama benda itu belum ber ubah
dar i keadaan semula. Keindahan yang abadi tidak terikat oleh waktu dan
perkembangan mode. Disenangi atau tidak ia tetap ada. Keindahan objektif tidak
tergantung kepada asas kegunaan (M anf aat) lahiriah ataupun yang bersifat
material. Keindahan subjektif sangat
bergantung kepada selera perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari
asas kegunaan benda tadi bagi masing- masing individu. Jadi sangat relatif.
Artinaya sebuah benda sangat bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain
tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi.
Menurut John Keats, keindahan objektif
disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah
keindahan. Sebab keduanya memiliki nilai yang sama, yaituUn i ver sal danAbadi.
Disamping itu juga mempunyai daya tarik yang selalu bertambah jelasnya tidak
ada keindahan jika tidak mengandung kebenaran, dan yang tidak mengandung
kebenaran tidak indah.
Supaya orang tidak terjerumus kedalam
“keindahan semu” maka orang itu selalu mempertemukan keindahan subjektif dengan
keindahan objektif. Orang itu harus berupaya mempertemukan selera atau minat
orang yang bersangkutan dengan selera atau minat akal budinya. Seseorang
disebut sebagai orang ysng berpribadi mulia, bila orang tadi memiliki rasa
keindahan atau minatnya terhdap keindahan cenderung kepada keindahan objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar